----------------------------------------------------
Berikut ini jumlah pemainnya
Contoh Drama Anekdot 4 orang.
Tiap orang ada yang bermain rangkap 2 atau 3, rekomendasi menurut saya.
1 orang merangkap 3 tokoh. Koruptor, Reporter, Caleg
Aktivis juga menjadi narator
Contoh Drama anekdot 5 orang
1 orang merangkap 2 tokoh
Contoh Drama Anekdot 6 Orang
Rekomendasi: Sobat bisa tambahkan 1 orang menjadi polisi.
---------------------------------------------------
Berikut ini beberapa tips ketika akan menampilkan drama anekdot.
1. Pastikan latar sudah tersedia sebelum drama. Jangan sampai saat drama kita membuat lagi latar. Bentuk desain latar drama ini terdiri dari dua tempat Warteg dan Tempat PKL jualan serta meja guru sebagai tempat berita.
2. Pastikan tiap tokoh memiliki ciri khas unik di drama ini memiliki tiap tokoh memiliki ciri khas ini usahakan lucu.
Caleg : Bahasa ala orang malaysia. Terinspirasi dari tokoh Papa Zola di Boboiboy. Dan ketika kampanye ekspresinya datar.
Pedagang: Pemarah
Aktivis : Emosi, bicaranya seperti bung tomo lagi khutbah :D
Koruptor : Sombongnya gak ketulungan.
3. Pastikan punya jeda kalimat, maksimalkanlah nada, kata, dan penjedaan terutama pada dialog lucu, seperti pelawak berbicara. Agar penonton dapat merespon mananya yang lucu. Misalnya langsung menyela omongan aktor lain.
4. Berimprovisasi ; Nilai plus dalam drama
5. Latihan seolah sedang drama sungguhan
Lucunya di Negeri Ini
Suatu hari di suatu negara entah berantah sedang mengadakan masa kampanye. Termasuk daerah kota didalamnya, yaitu kota entah apalah namanya pula sedang mengadakan pesta demokrasi.Caleg : Ayo semua, saudara-saudaraku ayo kumpul
Caleg : Dukung saya, Papa Zola nomor urut satu setengah! Agar menjadi anggota DPR, insyaallah saya akan mensejahterahkan tempat ini
Pedagang : Yakin pak!!
Caleg : iya, kalau bisa saya akan menjadikan tempat ini pusat jual beli dan wisata. Tapi ingat jangan pilih Adu du.
Pedagang : Kenapa pak?
Caleg : Karena dia musuh Boboiboy!!
Pedagang : Oke pak kita dukung Bapak! (meninggalkan si caleg) Datar banget ekspresinya
Hari – sampai hari telah berlalu berganti minggu dan sampailah pada pemilu. Akhirnya si caleg tadi berhasil maju menjadi anggota legislatif. Wargapun semua pada gembira karena tidak lama lagi tempatnya akan menjadi lebih sejahtera, namun bagaikan peribahasa.
Bukannya malah untung malah buntung. Bukannya malah sejahtera malah sengsara. Itulah yang mereka rasakan sekarang.
------------------------------------------------------------------------
Disini bagi yang punya anggota lebih dari 4 orang bisa menambahkan percakapan polisi dengan pedagang. Istilahnya Polisi lagi operasi razia PKL
Berikut naskahnya
Polisi : Daganganmu saya sita!!
Pedagang : Loh kenapa, Pak!
Polisi : Pedagang “kaki” lima dilarang dagang disini!
Pedagang : Pak, siap-siap tercengang ya..
Polisi : Apanya?
Pedagang : Kaki saya cuman dua!
Polisi : Masyaallah, saya tercengang! Tapi pedagang seperti Anda mengganggu lalu lintas di kota besar
Pedagang : Tapi saya dagangannya di Jakarta, kayaknya kota Surabaya, Jogja, Medan dan Balikpapan gak terganggu deh
Polisi : Ini tong, gerobaknya. Ambil aja, jangan lupa tes kejiwaan ya.
----------------------------------------------------------------------
Setelah itu pedagang pergi ke latar dua yaitu warteg.
Pedagang : Kutu kupret, pret, pret!
Jarjit : Ada apa?
Pedagang : Itu, janjinya mau mensejahterahkan. Malah gusur, salah gusurnya kayak gitu lagi. Wobrok, wobrok, wobrok
Jarjit : Ya namanya juga gusur. Kalau pelan-pelan ya jasa tukang pos. Memang gak ada surat peringatan?
Pedagang : Ya adalah
Jarjit : lah itu
Pedagang : Tapi kan ya namanya peringatan, kayak peringatan 17 Agustus. Kita pada kumpul ramai-ramai terus kita rayain deh.
Jarjit : Bodohnya dah kereng nih penduduk disini. Masa surat penggusuran dirayain kayak tujuh belasan
Aktivis : Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Jarjit : Kamu ini datang tiba-tiba, Jantung mau copot seketika. Gak bisa dikecilin suaranya.
Aktivis : Ya namanya aktivis ya emosi
Pedagang : Ya tapi jangan berisik juga
Aktivis : Ya meskipun berisikkan yang penting berisi
Pedagang : Isi apanya...
Jarjit : Ya isinya berisik itu tadi
Aktivis : Bener katanya bung pedagang, walaupun tempat kita kumuh, kotor, sehingga harus digusur tetapi kita sebagai rakyat bawah tidak terima dengan apa yang telah dilakukan orang atas. Kita malah ditindas.
Coba deh, sebenarnya kita lebih berwibawa dari orang atas sana.
Jarjit : Loh kok bisa?
Aktivis : Bapak lebih milih mana, pakai bawahan tapi gak pakai atasan. Apa pakai atasan tapi gak pakai bawahan?
Reporter : Assalamualaikum
Serempak : ( Menyela) Walaikumsalam
Reporter : Warohmatullahhi Wabarokatuh. Belum selesai keles
Reporter : Jumpa lagi dengan saya, Jeremy Tetanus di Lipatan 6. Singkat, tajam, setajam golok!
Berita pertama membahas tentang cabe-cabean. Tanaman cabe keriting sekarang sudah semakin langka. Setelah dilakukan penyelidikan, Akhirnya ditemukan penyebabnya yaitu para cabe telah creambath sehingga menjadi cabai lurus.
Berita kedua, Banyak terjadi kecelakaan membuat polisi membuat peraturan baru. Dimulai dari menyalakan lampu besar pada sepeda motor, hingga menyalakan lampu senter bagi pengendara sepeda. Tetapi bukannya malah berkurang malah tingkat kecelakaan menjadi tinggi.
Akhirnya ditemukan penyebabnya. Ternyata adalah debu, sehingga pengendara kelilipan, mengantisipasi hal itu. Polisi menghimbau untuk tidak menyetel “lagu butiran debu”
Reporter : Berikutnya seorang narapidana Koruptor, Gayung Timbunan. Telah diketahui jalan-jalan di Bali. Hal ini dibuktikan ketika dia ketahuan terjepret kamera saat sedang menonton pertandingan voli.
Reporter : Sekian dari saya, tetap saksikan kami setelah jeda berikut ini.
(Di sini Reporter bisa ganti baju, menjadi koruptor)
https://youtu.be/5nnnF8lAwMg
Video Pendamping Drama Teks Anekdot ini salin alamat ini
Pedagang : Wah, gila tuh orang!
Aktivis : (teriak) Setuju!
(Disini Koruptor datang, duduk. Mengaduk minuman dengan uang. )
Aktivis : Wah, maestronya dateng bang
Pedagang : Ya tuh, bang, masuk tipi
Jarjit : Bang, emang enak jadi koruptor?
Koruptor : Enak lah.
Pedagang : Tapi kan kayak maling gitu
Koruptor : Loh, heh. Hehehehe, Gurarara, saya gak setuju, koruptor sama maling beda.
Aktivis : Apanya yang beda!
Koruptor : Kalau maling ketahuan, pasti dihajar. Tapi koruptor mah, malah masuk tipi
Koruptor : Kedua, koruptor gak pernah kemalingan
Aktivis : Loh? Kenapa?
Koruptor : Soalnya maling gak mau hartanya haram 2 kali. Entar direka ulang hukumannya. Coba aja abang pikirin, maling mencuri uang yang dicuri seorang pencuri dari seorang pencuri. Noh dia mencuri berapa kali tuh. Pantas hukumannya lebih berat dari koruptor. Kalau koruptor, yang penting dengan money hukuman bisa dibeli.
Aktivis : Iya juga ya pak.
Koruptor : Wah, pentolan jam saya udah jam 8. Udah dulu yang bang, ane mau ke Argentina
Aktivis : Oke deh, semoga sukses jadi koruptor.
Jarjit : Waduh negara kita ini pemerintahannya udah gila semua.
Aktivis : Setuju bang, uanglah yang di Tuhankan. Janji dipalsukan.
Setelah itu tiap anggota kelompok berjejer. Membaca kesimpulan ini.
Bla...bla...bla Bla...bla...bla Bla...bla...bla (susun sendiri gaN ;0
Kesimpulannya, negara Indonesia ini sudahlah sangat lucu. Sebagaimana sebuah puisi dari Ismail Marzuki yang berjudul ( Ane lupa judulnya, gan. Cari aja di Internet)
Kita hidup di sebuah zaman ketika uang dipuja-puja sebagai Tuhan
Dengan uang hubungan antar manusia diukur dan ditentukan
Ketika mobil, tanah, deposito, relasi dan kepangkatan
Ketika politik, ideologi, kekuasaan disembah sebagai Tuhan
Ketika dominasi materi menggantikan Tuhan
Sehingga di negeri ini tak jelas lagi batas antara halal dan haram
Seperti membedakan warna benang putih dan benang hitam
Di hutan kelam
Jam satu malam
Ketika 17 dari 33 Gubernur jadi tersangka
52 persen banyaknya
Ketika 147 dari 473 Bupati dan Walikota jadi tersangka
36 persen jumlahnya
Ketika 27 dari 50 anggota Komisi Anggaran DPR ditahan
62 persen jumlahnya
Ketika sogok menyogok dari barat ke timur menjadi satu
Pelaku bisnis menyuap ke kanan dan ke kiri
Mengantar komisi kesanadan ke mari
Eksekutif, legislatif, yudikatif dan bisnis banyak menjadi garong berdasi
Walau masih ada yang jujur, tapi jumlahnya sedikit sekali
Ketika hakim, jaksa, polisi dan pengacara sedikit yang bisa dipercaya
Ketika keputusan pengadilan blak-blakan diperjual-belikan
Begitu banyak hakim, ha-a-ka-i-em, bila dipanjangkan,
Hubungi – aku – kalau – ingin – menang *)
Begitu banyak jaksa, je-a-ka-es-a, bila dipanjangkan,
Jajaki – aku – kalau – sesuai – anggarannya
Begitu banyak polisi, pe-o-el-i-es-i, bila dipanjangkan,
Percayalah – obyekan – licin – ini – sukses – implementasinya
Inilah dia zaman, betapa susah kita berjumpa kejujuran.
Teman-temanku
Kita hidup di zaman ketika perilaku bangsa mulai berubah
Sedikit-sedikit tersinggung, teracung kepalan dan marah-marah
Lalu merusak, membakar dan menumpahkan darah
Menggoyang-goyang pagar besi hingga rebah
Berteriak dengan kata-kata sumpah serapah
Sungguh sirna citra bangsa yang ramah tamah.
Oke teman-teman apa yang pasti kita rasakan
sekarang merasa sangat malu di dalam hati
Dan tak sadar berdosa
Karena kita ikut mewariskan keruwetan dan kebrantakan ini
Mari Bersihkanlah yang kotor-kotor
Selamatkan anak-anak dan cucu-cucu kita kelak
Bekerjalah dengan gebrakan yang cepat dan tegas
Sebagai bangsa kita bekerja, bekerja, bekerja
Sebagai bangsa kita berdoa, berdoa, berdoa.
Sami sarah: Contoh naskah drama lucu singkat 5 menit hingga 10 menit yang mengkritik pemerintahan Indonesia.
Post a Comment
mancep bray
makacih :))
ini karya siapa ka ?
kita mau mainkan. tapi gak ada tertulis karya siapa.
gak enak sama penulis
Karya saya :)) , jadi ingat masa lalu, gan
- Comment dilarang spam-menyebarkan link
- Untuk mendapatkan backlink berkomentarlah menggunakan gmail / openid
- Dilarang komentar 'dewasa'
-Sharing is Caring. Jangan lupa like fanpage kami