Reaktor Nuklir di Iran |
Salah satu masalah
internasional yang sangat penting untuk dikaji dewasa ini adalah
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan persenjataan nuklir dan
strateginya.Sepintas lalu urusan ini merupakan urusan eksklusif negara-negara
bersenjata nuklir, khususnya Amerika Serikat dan Uni Soviet.Masalah utama yang
mendominasi percaturan nuklir selama empat dasawarsa ini adalah strategi nuklir
negara-negara adikuasa.Jika dewasa ini persoalan kelangsungan hidup umat
manusia diutamakan, maka strategi nuklir barat harus dipahami,
sekurang-kurangnya mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi landasan
kebijaksanaan pertahanan dan militer mereka.Akibat-akibat jangka panjang nuklir
sebagian besar tergantung pada kebijaksanaan mereka.[1]
Persenjataan nuklir menjadi perdebatan dalam strategi
pertahan yang paling menonjol setelah PD II. Dalam pemikiran strategi nuklir
Barat, khususnya Amerika Serikat, selama 40 tahun ini pada dasarnya
persenjataan nuklir berperanan utama sebagai penangkal terhadap agresi. Karena
itu dapat dikatakan bahwa tema pokok dalam pemikiran Barat mengenai strategi
nuklir adalah pada teori penangkalan. Dalam hubungan antar negara, khususnya
dalam perang, menangkal berarti mencegah lawan memulai perang karena adanya
ancaman perlawanan yang akan menimbulkan kerugian dan korban yang lebih besar
sehingga tidak sebanding dengan tujuan yang hendak dicapainya melalui
penggunaan kekerasan untuk memulai perang. Namun nuklir kini tidak lagi
dimonopoli oleh satu negara sehingga fungsi militernya harus ditempatkan secara
profesional
[1]A. R. Soetopo, Perkembangan pemikiran Strategi Nuklir Barat dalam
ANALISA, CSIS, 1986, Jakarta. Hal, 73.
dengan
tujuan-tujuan politik yang hendak dicapai.Hal ini berarti bahwa dimensi teknis
persenjataan sendiri bukanlah satu-satunya aspek yang menentukan dalam hubungan
keamanan antar negara.Perdebatan utama terjadi mengenai fungsi persenjataan
nuklir dalam perang, yaitu untuk memelihara dan mencapai tujuan politik.
Strategi tertentu yang diambil Barat sebagai cara untuk mengerahkan kemampuan
guna mencapai tujuan, mempengaruhi cara berpikir dan pandangan lawan terhadapnya.
Program nuklir yang dijalankan oleh negara di Timur tengah khususnya Iran
selama ini diartikan sebagai tanggapan atas pergerakan kekuatan Amerika Serikat
khususnya dan Barat pada umumnya yang dianggap ditujukan kepadanya. Pada
gilirannya Barat menganggap bahwa pembangunan reaktor-reaktor nuklir di Iran
berarti ancaman bagi keamanannya, dan disini proses aksi-reaksi terjadi dan
tercermin dalam pola penempatan persenjataan dan pemikiran strategi mereka.[2]
Nuklir merupakan sebuah
energi alternatif yang memungkinkan bentuk efisiensi konsumsi energi dunia.
Namun setelah tragedi di Chernobyl 1988, dan beberapa negara kecil menguasai
teknologi ini, setiap frasa yang bernama nuklir akan senantiasa dikonstruksi
negatif. Nuklir senantiasa disamakan dengan persenjataan nuklir, setiap negara
yang menguasai teknologi nuklir dalam konteks sipil senantiasa akan dicurigai
dikembangkan untuk kepentingan militer dan agresi.
Perkembangan teknologi
nuklir mengalami ekskalasi yang sangat signifikan.Beberapa negara non nuklir
mulai mengembangkan teknologi nuklir, baik untuk kepentingan militer maupun non
militer.Salah satu negara baru yang sedang dipergunjingkan dunia adalah Iran.
Sebuah negara dengan kultur Syi’ah yang kental dengan semangat perlawanan
terhadap dominasi dan hegemoni idiologi lain.
[2] A. R. Soetopo, Perkembangan pemikiran Strategi Nuklir Barat dalam
ANALISA, CSIS, 1986, Jakarta, Hal, 93.
Sebelumnya Pakistan di
dekade 1980-an telah menjadi negara nuklir yang mewakili dunia Islam, sehingga
media massa internasional sampai membuat headline tentang “Bom Islam”, sebuah framing
untuk mengkontruksi bahwa Pakistan akan merepresentasi Islam untuk
menentang hegemoni dan akan membahayakan idiologi kapitalis ataupun sosialis.
Apalagi pengembangan nuklir di Pakistan kala itu berada dalam kendali seorang
Zia Ul Haq.Presiden Pakistan yang memiliki kepekaan dan cita-cita yang ambisius
untuk menerapkan sistem Islam (nizham al-islam) dalam struktur Pakistan.
Republik Islam Iran
adalah sebuah negara di Timur Tengah yang terletak di daerah Teluk
Persia.Sebagai negara yang kaya minyak dengan urutan kedua terbesar di dunia,
Iran juga telah menerapkan teknologi-teknologi yang canggih demi kemajuan
negarannya.Salah-satu teknologi yang sedang dikembangkan oleh Iran adalah
penggunaan dan pengembangan teknologi nuklir untuk kepentingan sipil.
Terlepas dari anggapan
dunia internasional khususnya Amerika Serikat, program nuklir Iran nyatanya
ditujukan untuk kepentingan nasional dan untuk tujuan damai, seperti pembangkit
tenaga listrik, riset teknologi dan untuk misi luar angkasa.Hal ini dinyatakan
oleh ketua dewan keamanan Iran, Hassan Rowhani yang mengatakan bahwa “Program
nuklir Iran hanyalah mengkhususkan bagi program pengembangan reaktor nuklir
untuk membangkitkan tenaga listrik dan tidak pernah berkeinginan untuk
mengembangkan proyek senjata nuklir”.[3]
Hal yang paling minimal yang bisa dilakukan
pemerintahan Iran adalah dengan membangun program nuklir adalah untuk
bersiap-siap menghadapi krisis enegri listrik sehingga warga Iran mempunya
alternatif energi pengganti energi listrik, yaitu energi nuklir. Semua yang
dilakukan atau dipertahankan adalah untuk menyelamatkan manusia di muka bumi
ini dari
kemaslahatan yang sedang
pelik. Tetapi apa yang didapat, ternyata Iran harus menghadapi hambatan dan
fitnah dari negara lain yang menuding Iran bahwa Iran membangun program nuklir
semata-mata untuk meningkatkan kekuatan nasional di bidang pertahanan, atau
dengan kata lain, untuk meningkatkan kekuatan militer mereka dan secara
perlahan-lahan mewakili negara-negara islam untuk melancarkan aksi terorisme ke
seluruh dunia.
Pencapaian Iran ini tidak
lain merupakan langkah utama dalam mewujudkan upaya-upaya kepentingan nasional
seperti mewujudkan sebuah tujuan industri yang diidam-idamkan oleh semua negara
maju tanpa terkecuali, seperti pembangunan pabrik-pabrik, pendirian
proyek-proyek, desalinasi air, pemerolehan sumber daya baru serta alternatif
bahan bakar minyak dan gas. Semua itu dari segi ekploitasi sumber daya nuklir
dalam seluruh proyek.Fakta pun berbicara bahwa rakyat Iran bertekad untuk
mendirikan ratusan pabrik untuk mengolah uranium dan memproduksi ribuan
perangkat sentrifugal serta melakukan pengayaan uranium.Semua itu merupakan
faktor yang menegaskan bahwa program nuklir Iran laksana air terjun yang deras
dan tidak mungkin dibendung.Inilah yang sebenarnya mengganggu Amerika
Serikat.Karena hal yang mungkin dicapai Iran jauh melampaui proyek industri,
yaitu proyek senjata nuklir.
Tuduhan Amerika Serikat
terhadap Iran tentang nuklir ini tidak beralasan.Ini dikarenakan pada awal
proyek nuklir Iran, Amerika Serikat juga memiliki sumbangsih.Faktanya aktifitas
nuklir Iran telah dimulai sejak empat setengah dekade yang lalu.Pada 1960
perjanjian bilateral antara Iran dan Amerika Serikat memperbolehkan Iran
memiliki nuklir.
Didalam negeri sendiri,
rakyat Iran tidak peduli dengan propaganda media-media Barat terhadap program
nuklir Iran.Pemerintah Ahmadinejad tidak memilih kebijakan asal selamat dan
mundur dari tekanan Barat, melainkan bersikukuh memperjuangkan prinsip-prinsip
dan cita-cita revolusi sejalan dengan keinginan Bangsa Iran.Rakyat Iran
memuntut hak-haknya terkait dengan pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan
damai.
Keinginan ini
diperjuangkan oleh Pemerintah Ahmadinejad hingga akhir dua tahun pertama masa
jabatannya.Berdasarkan alasan-alasan inilah sejak awal Pemerintah Ahmadinejad
menolak politik hegemoni Barat yang bertujuan menghalangi Iran menguasai
teknologi nuklir untuk tujuan damai.Pemerintah Ahmadinejad memilih kebijakan
menentang hegemoni Barat.Kebijakan dalam negeri Pemerintah Iran lebih bersifat
defensif, dengan memperkirakan kondisi terburuk yaitu perang dengan Amerika
Serikat.
Post a Comment
- Comment dilarang spam-menyebarkan link
- Untuk mendapatkan backlink berkomentarlah menggunakan gmail / openid
- Dilarang komentar 'dewasa'
-Sharing is Caring. Jangan lupa like fanpage kami