Bijak Menyikapi Musibah menurut versi Islam
Belum lama ini
Indonesia diterjang banjir bandang di wilayah Manado. Tak lama berselang,
giliran Gunung Sinabung menampakkan keperkasaannya. Beberapa bulan lalu di
daerah Kediri, orang-orang dilanda ketakutan yang luar biasa. Gunung Kelud
sudah tak mampu lagi menahan gejolak batu da abu yang memberontak ingin
keluar. Larva panas, batu, pasir, dan
abu berterbangan menutup pandangan mata. Bukan hanya wilayah Kediri saja yang
merasakan dampak dari letusan gunung Kelud tersebut, tetapi, bisa dikatakan
seluruh tanah Jawa turut merasakan, bahkan abunya sampai ke ujung Jawa Barat
seperti Bandung dan Bogor. Namun anehnya, sebagian wilayah Malang, Pasuruan ke
Timur yang jaraknya lebih dekat malah tidak terkena hujan abu.
Inilah janji Allah
SWT kepada umat manusia. Bahwa Allah SWT akan menguji keimanan hamba-Nya, telah
termaktub dalam al-Qur’an. Allah SWT
berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang –orang yang sabar.” (QS. al-Baqoroh [2]:
155)
Mengapa dan Apa Tujuan serta Alasan Allah mendatangkan
Musibah kepada hamba-Nya
Dalam redaksi ayat
ini jelas sekali bahwa Allah pasti akan menguji setiap hambanya dengan berbagai
cobaan; rasa takut, rasa lapar, kehilangan sanak kerabat karena datang
datangnya kematian. Namun, jika seseorang mampu bersabar dengan ditimpa
berbagai musibah tersebut maka kabar gembiralah yang akan ia dapatkan berupa
pahala, dan inilah kepribadian yang dimiliki seorang mukmin. Inilah seorang
mukmin yang dibanggakan oleh Rasulullah SWT, sebagaimana Hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim,
“ Menakjubkan urusan orang mukmin. Semua urusannya adalah
kebaikan. Hal itu hanya dimiliki oleh seorang mukmin. Bila ia mendapat
kemudahan ia bersukur, maka itu menjadi lebih baik baginya. Bila mendapat
kesengsaraan ia bersabar, maka itu menjadi lebih baik baginya.”
Dalam Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Rasulullah SWT bersabda:
“ Jika Allah mencintai seseorang maka Allah SWT akan
mengujinya, agar ia mendengar keluh kesah orang itu.”
Lihatlah betapa
banyak pujian yang diberikan oleh syariat terhadap orang-orang yang mampu
bersabar atas musibah yang menimpa hidupnya, karena tidak selamanya musibah itu
merupakan sesuatu yang menyedihkan. Ketika kita bisa mengambil sisi positif
dari terjadinya musibah itu, lantas kita bersabar, itu merupakan bagi kita
meraih pahala lebih yang tidak bisa didapat oleh orang lain.
Lihat saja pada
Hadis kedua, ketika Allah SWT mencintai seseorang maka Allah akan menguji orang itu. Bagaimana cara Allah SWT menguji,
salah satunya adalah dengan menampakkan bencana kepadanya, sebagaimana yang
diterangkan ayat diatas. Didalam konteks ini, tentu saja bencana yang menimpa
seseorang bukan merupakan sebuah musibah, tapi justru merupakan nikmat.
Hal itulah yang
sering ditampakkan oleh para kekasih Allah. Keberadaan musibah tidak membuatnya
bersedih, tapi justru menampakkan kebahagiaan dan rasa syukur, karena secara
tidak langsung Allah SWT telah memberikan sinyal cinta-Nya kepada orang
tersebut, dan Rasulullah SAW bersabda melalui riwayat Ibnu Mas’ud,
“ Jika Allah mencintai seseorang maka Allah akan membuat
orang itu mencintai-Nya, dan seseorang tidak akan bisa mencintai Allah SWT
hingga Allah yang terlebih dahulu mencintai orang itu.”
Jadi, dari artikel
di atas, apa yang harus kita lakukan
ketika terjadi musibah?
Post a Comment
- Comment dilarang spam-menyebarkan link
- Untuk mendapatkan backlink berkomentarlah menggunakan gmail / openid
- Dilarang komentar 'dewasa'
-Sharing is Caring. Jangan lupa like fanpage kami