Fadhilah memuliakan tamu
Agama Islam merupakan agama yang
toleran terhadap sesama, bahkan sampai kepada kaum Non-Muslim. Sebagian bentuk
toleransi tersebut oleh Islam diartikan dengan cara memuliakan tamu. Rasulullah
SAW sendiri memberikan porsi tersendiri pada pembahasan tersebut setelah
beriman kepada Allah SWT dan hari akhir. Beliau bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia
memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari Muslim).
Hadis tersebut memberikan
penjelasan bahwa tamu juga mempunyai hak, dan hak seorang tamu adalah dengan
cara dimuliakan dengan sebaiknya. Dalam penjelasan yang lain tamu diibaratkan
sebagai “mayit”. Karena status tamu sebagai mayit, tugas tuan rumah adalah
memuliakannya seperti halnya mayit yang harus dimuliakan dan diperlakukan
dengan baik.
Memuliakan tamu yang hadir tentu
tidak seperti kita memperlakukan hewan. Ada tata cara tersendiri, sehingga
Islam memberikan kode etik dalam memuliakan tamu, mulai dari hal menyambut,
memberikan hidangan, hingga tamu tersebut pulang dari majlisnya. Rasulullah SAW
pernah menyampaikan kepada sahabatnya, Ali, bahwa memuliakan tamu bisa melebur
dosa dan memberikan berkah kepada pemilik rumah. Dalam Hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Tamu datang dengan membawa rezeki dan pulang dengan membersihkan dosa.”
Suatu yang akan diperoleh oleh tuan rumah bukan hanya itu saja, bahkan sebagai
bentuk pemberiannya akan dilipatgandakan oleh Allah.
Dalil tentang manfaat memuliakan tamu
Disebutkan dalam Hadis riwayat Mu’adz
bin Jabal, “Tidak, ada satu rumah pun
yang akan dikunjungi oleh tamu, kecuali Allah SWT mengutus ke rumah tersebut
satu malaikat yang menyerupai burung selama empat puluh hari sebelum tamu itu
sampai. Malaikat itu akan menyeru, ‘Wahai pemilik rumah, si Fulan bin Fulan,
tamu kalian akan datang pada hari ini dan itu, dan balasan dari Allah SWT
adalah ini dan itu.’ Para malaikat yang diwakilkan untuk menjaga rumah itu
berkata, ‘Setelah balasan apa lagi yang akan diterima?’ Maka keluarlah malaikat
tadi kepada mereka dengan membawa catatan yang tertulis, ‘Allah telah
mengampuni penghuni rumah tersebut, meski jumlah mereka seribu’.”
Begitu juga dalam memuliakan tamu
sudah menjadi barang lumrah bagi tuan rumah akan mengeluarkan harta untuk
menghormati tamunya. Hal itu telah tercantum dalam al-Quran yang artinya, “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang
mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka...” (QS.
at-Taubah [9]:111).
Jelas sekali, ketika tuan rumah
menyuguhkan hidangan pada tamu harta yang dimiliki tuan rumah akan berkurang. Akan
tetapi, dalam al-Quran dijelaskan harta yang dikeluarkan tidak akan pernah
habis, bahkan bertambah menjadi tujuh kali lipat dan ditambah kelipatannya
menjadi seratus.
Kita tiru bagaimana cara Nabi
Ibrahim dalam memberikan hidangan untuk memuliakan tamunya. Beliau memberikan suguhan dengan ‘Ajin khanid
(daging anak sapi yang dipanggang). Hidangan yang sangat mewah sekali. Namun,
jika tuan rumah tersebut tidak memiliki sesuatu yang mewah, maka cara
memuliakan tamunya dengan kesederhanaan.
Hal ini juga dianjurkan oleh Rasulullah untuk tidak bermewah-mewahan dalam
menggunakan harta.
Akhiran, memuliakan tamu sama
seperti halnya memuliakan Allah. Jika telah
memuliakan Allah maka balasannya adalah surga.
Post a Comment
- Comment dilarang spam-menyebarkan link
- Untuk mendapatkan backlink berkomentarlah menggunakan gmail / openid
- Dilarang komentar 'dewasa'
-Sharing is Caring. Jangan lupa like fanpage kami