Marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita. Begitu banyak karunia Allah tersebut, sehingga kita tak akan mungkin mampu menghitungnya. Allah berfirman “wa in ta’udduu ni, matallahi la tuchshuuhaa”. Dan jika kamu mencoba menghitung-hitung nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu, pasti engkau tidak akan mampu menghitungnya. Mudah-mudahan kita termasuk hamba Allah yang pandai bersyukur. Dan marilah kita selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas taqwa kita terhadap Allah SWT karena taqwa adalah bekal utama ketika menghadapNya.
Itulah yang ingin kita capai saat kita menjalankan ibadah puasa
ramadhan kita. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah : 183
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa (ramadhan) sebagaimana
telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”
Puasa ramadhan telah kita lalui.
Ada berbagai perasaan yang mungkin berkecampuk dalam hati kita ketika ramadhan
itu meninggalkan kita, ada yang senang, sedih, ada pula yang biasa-biasa saja.
Bagaimana denganmu? Apapun kondisi perasaan kita itu, kita menyadari bahwa
puasa ramadhan telah memberikan kita sesuatu yang sangat bermakna. Setidaknya,
ramadan telah mengajarkan kita untuk mampu menahan diri. Suatu proses yang luar
biasa untuk mencapai keberhasilan hidup, baik duniawi maupun ukhrawi. Kita
dilatih untuk menahan diri dari sesuatu yang sebenarnya dibolehkan,
seperti makan dan minum, yang dilakukan dengan penuh kesadaran, kejujuran dan
tanggung jawab yang diniyatkan untuk memperoleh ridla Allah SWT. implikasi dari
proses ini tentu kita didorong untuk mampu menahan diri dari sesuatu yang
mubadzir, yang tidak berguna. Lebih-lebih kita dituntut untuk mampu menahan
diri dari sesuatu yang dilarang, yaitu perbuatan dosa dan maksiat.
Selain itu, puasa ramadhan juga
telah mengajarkan kita untuk mengembangkan kebiasaan yang baik dan mulia.
Diantara amalan yang biasa kita lakukan
adalah sholat tarawih dan kegemaran membaca al-Quran. Amalan-amalan ini adalah
sesuatu yang sangat didorong dan terus menerus ditingkatkan kualitasnya. Allah
SWT berfirman (Al Isra’ :79).
“Dan
pada sebagian malam, maka bertahjudlah kamu sebagai tambahan ibadah bagimu.
Semoga yang sedemikian itu Tuhanmu akan mengangkat derajatmu pada kedudukan
terpuji”
Rasulullah
SAW bersabda:
“bacalah Al Qur’an itu, karena sesungguhnya Al-Qur’an
itu nanti di hari kiamat akan datang memberikan syafaat bagi para pembacanya
”
HR Muslim
Hal lain yang juga biasa kita
lakukan di bulan Ramadhan adalah kita mudah sekali bersedekah, atau malah
senang bersedekah. Ini sesuatu yang patut kita pertahankan,bahkan kita
tingkatkan. Sedekah adalah sesuatu amalan yang sangat didorong dalam islam dan
menjadi salah satu sarana untuk mencapai derajat taqwa (ali imran : 134).
Sedekah merupakan salah satu instrumen untuk mengatasi kesenjangan sosial dan
sarana yang sangat ampuh untuk membangun kepedulian sosial dan rasa kebersamaan.
Itu telah dibuktikan oleh lembaga sosial yang mengumpulkan sedekah masyarakat
untuk ikut mengatasi persoalan sosial dunia. Bahkan bagi kalangan pebisnispun
meyakini bahwa ‘The power of giving’ itu mampu meningkatkan ‘profit dan
benefit’ dari usaha mereka. Ungkapan yang sering muncul dari mereka adalah
“giving is a beautiful experience”. Tentu, kita sebagai umat Islam harus lebih
yakin dengan itu itu semua. Bukankah Allah telah menjanjikan akan melipatgandakan ganjaran/benefit apabila
kita mau bersedekah? Allah SWT telah berfirman dalam surat Al Baqarah: 261
”Perumpamaan orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh tangkai, setiap tangkai akan menghasilkan seratus biji benih,
Allah melipat gandakan (balasan) bagi
siapa yang dikehendaki. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) dan Maha Mengetahui”.
Beberapa waktu yang lalu kita
telah merayakan hari kemenangan setelah sebulan penuh berjuang mengendalikan
hawa nafsu kita, yaitu hari raya idul fitri. Idul fitri berarti kembali pada
fitrah. Fitrah berarti bisa diartikan sebagai kembali suci, suci dari dosa-dosa
kepada Allah. Fitrah itu bisa kita capai apabila kita selama ramadhan itu
betul-betul menjalankan puasa dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
“Barang siapa yang
berpuasa ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya berharap ridla Allah SWT,
maka akan diampuni oleh Allah segala
dosa yang telah lalu”.
(HR. Ahmad dan
Nasai)
Kefitrian
kita itu akan menjadi sempurna apabila kita juga berusaha membebaskan diri dari
dosa-dosa anak Adam, yaitu suatu perbuatan dosa yang hanya bisa dihapus dengan
saling menghalalkan dan saling memaafkan antar sesama kita. Kita memiliki
budaya yang anggun dan sangat bagus dalam hal ini, yaitu tradisi saling memberi
maaf diantara kita. Tradisi ini tumbuh dari tuntunan Rasulullah SAW.
“Ada
tiga jenis orang yang Allah akan memudahkan hisabnya nanti di hari kiamat, dan
Allah akan memasukkannya ke dalam surga-Nya dengan Rahmat-Nya. Para sahabat
bertanya: siapa mereka itu ya Rasul Allah? Rasulullah menjawab: kamu memberi
kepada orang yang mengharamkan hartanya untukmu, kamu menyambung silaturahim
kepada orang yang memutuskannya kepadamu, dan kamu memaafkan kepada oran yang
pernah dhalim kepadamu”.
Lantas
bagaimana juta memaknai ketika kita memasuki bulan Syawwal ini? Dari pengertian
bahasa Syawal berarti ‘irtifa’, yang berarti peningkatan. Peningkatan
mengandung maksud agar apa yang telah kita capai selama bulan ramadan itu
sebaiknya ditingkatkan terus. Ada sabda Nabi SAW yang perlu kita cermati.
“Barangsiapa yang
hari ini lebih burukk dari hari kemarin, maka dia terlaknat. Barang siapa yang
hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia merugi. Dan barangsiapa yang hari
ini lebih baik dari hari kemarin, maka
dialah yang beruntung”.
Kata-kata
diatas telah disampaikan Nabi Muhammad SAW sekitar 14 abad yang lalu. Kalau
kita perhatikan dengan seksama, ternyata kata-kata tersebut sangat berkembang
pada saat ini, yaitu konsep ‘continuous quality improvement’, yaitu peningkatan
kualitas secara berkelanjutan.
Merujuk
kepada sabda Nabi di atas, tentu kita tidak ingin termasuk orang-orang yang
merugi, apalagi orang-orang yang terlaknat. Kita semua ingin menjadi
orang-orang yang beruntung. Akan tetapi, bagaimana agar kita bisa masuk ke
dalam golongan orang yang beruntung tersebut, yaitu ‘hari ini lebih baik dari
hari kemarin’? sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu tahu terlebih
manusia yang ‘baik’ itu yang seperti apa. Dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi
banyak disebutkan kriteria manusia yang ‘baik’ itu yang seperti apa. Dalam Al
Qur’an dan Hadits Nabi banyak disebutkan kriteria manusia yang baik itu, di
antaranya adalah orang yang beriman, beramal shalih, yang suka bersedekah, yang
mendirikan sholat,yang membayarkan zakat, yang memenuhi janjinya, yang sabar,
yang bertaqwa, dan sebagainya masih banyak lagi.
Kita
lihat, semua yang disebutkan tadi adalah kriteria manusia yang baik. Kriteria
memiliki makna yang sama dengan ‘standar’ atau ‘benchmark’. Kita kenal istilah
‘benchmarking’, yaitu meniru best
practices, mencontoh saja “yang terbaik”. Nah, sebagai manusia, kemana kita
akan melakukan benchmarking kepada
manusia tersebut? Subhanallah, ternyata dalam diri Rasulullah SAW kita temukan
best pactices tersebut. Rasulullah adalah standar manusia. Hal ini diungkapkan
oleh Allah dalam surat Al Ahzab: 21
“Sungguh telah ada
dalam diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, bagi orang yang
mengharapkan ridla Allah dan hari akhir dan banyak ingat kepada Allah”
Pengakuan
ini bukan hanya bersifat apologetik kita, tetapi dunia dan sejarah telah
mengakui akan kebenaran bahwa Rasulullah adalah ‘standar manusia’. Salah satu
pengakuan itu ditulis oleh Michael Hart dalam bukunya “The 100 a rangking of most influential person in history”.
Sekarang
kita lihat definisi mutu atau kualitas yan banyak dipakai diseluruh dunia.
Sesuatu itu dikatakan bermutu apabila ‘sesuai dengan standar’. Dengan demikian,
manusia yang bermutu adalah manusia yang sesuai dengan standar. Standar manusia
adalah Rasulullah SAW. Jadi, manusia yang bermutu adalah manusia yang sesuai
dengan ciri-ciri atau kriteria yang ada dalam diri Rasulullah SAW tersebut.
Bagaimana
kita bisa meningkatkan kualitas kita itu, agar kita bisa menjadi semakin sesuai
dengan standar manusia?
Untuk bisa
meningkatkan diri kita, tentu kita perlu memiliki baseline data diri. Kita perlu mengecek bagaimana kualitas diri
kita hari ini dan sejauhmana kita sesuai atau menyimpang dengan standar
tersebut tersebut.
Untuk pertanyaan
di atas, ada satu cara yan perlu kita lakukan, yaitu evaluasi diri (self evaluation). Evaluasi diri memiliki
makna yang sama dengan melakukan audit internal tersebut, sederhananya yaitu
melakukan ‘refleksi’. Untuk mudahnya, refleksi itu seperti memandang diri kita
di depan cermin. Cermin merefleksikan diri kita apa adanya. Refleksi yang
dilakukan secara benar dan jujur pada suatu cermin yang bersih dan utuh, akan
menunjukkan kepada kita informasi apa adanya tentang diri kita. Sehingga noda
yang menempel pada diri kita akan mudah dikenali, dan diharapkan kita mau
berusaha untuk membersihkannya.
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita sangat disibukkan oleh berbagai urusan, mulai dari urusan
keluarga, urusan pribadi, urusan sosial, lingkungan disekitar, atau tidak sempat
meluangkan waktu untuk melakukan evaluasi diri. Sebenarnya Allah SWT telah menyediakan sarananya. Hanya saja
kita sering mengabaikannya. Allah telah menyediakan shalat lima waktu bagi kita
yang bisa kita gunakan untuk refleksi diri tersebut. Bisa kita bayangkan,
betapa hebatnya pribadi-pribadi muslim apabila setiap hari melakukan evaluasi
secara berkala dan terus menerus memperbaiki dirinya. Dan benar bahwa diantara
ciri-ciri muslim yang baik, muslim yang bertaqwa itu, adalah muslim yang
reflektif. Sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam surat Ali Imran (135) yang
artinya:
“adalah
orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji dan dhalim kepadaNya atas
dosa-dosa mereka, mereka segera ingat kepada Allah dan mohon ampunan kepadaNya
atas dosa-dosa meeka. Dan hanya Allah yang bisa mengampuni dosa-dosa tersebut. Dan
mereka berkomitmen untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi, dan mereka
mengetahui”.
Bulan Ramadan
adalah bulan yang Allah telah menyediakan waktu khusus bagi kita untuk
melakukan audit internal secara total. Selama sebulan penuh kita didorong untuk
melakukan berbagai amal shalih agar hati kita menjadi bersih, jiwa kita menjadi
bening. Dalam bulan ini kita juga didorong untuk banyak melakukan kajian-kajian
agama Islam, melakukan tadarrus dan tadabbur al Qur’an. Dengan demikian, kita
semakin memahami perintah-perintah dan larangan Allah SWT. kita semakin
menyadari akan kriteria atau standar yang harus kita capai, dan kita semakin
mengetahui sudah sejauh mana pencapaian kita itu.
Agar pencapaian
kita dalam menjalankan ibadah puasa yang lalu menjadi sempurna, maka beberapa
hal ini layak kita renungkan untuk kita lakukan:
1.
Marilah
kita terus berusaha untuk melatih diri kita menahan dir dari
perbuatan-perbuatan yang mubadzir, lebih-lebih perbuatan-perbuatan yang mengandung
unsur maksiyat dan dosa.
2.
Kita
pertahankan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan-bulan
berikutnya, seperti shalat malam, membaca al Quran dan kegemaran kita
bersedekah.
3.
Kita
tangkap semangat syawal atau peningkatan ini dengan terus menerus melakukan
evaluasi diri atau audit internal karena kita ingin masuk kelompok ‘orang-orang
yang beruntung’, yang hari ini lebih baik dari hari ini, dan seterusnya, yang
insyaallah dalam perjalanan hidup kita nanti akhiri dengan chusnul khatimah.
Mudah-mudahan
dengan demikian, kita termasuk hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur,
hamba-hamba Allah yang bisa mencapi taqwa, dan hamba Allah yang msauk golongan
orang-orang yang beruntung’.
Terima
kasih sudah berkunjung di blog saya. Kalau artikelnya membantu tolong
like fanspage fb, follow twitter atau subscribe, Anda hanya memerlukan
waktu kurang dari 2 menit untuk membuka sebuah artikel website ini,
sedangkan saya perlu beberapa jam, bahkan berminggu-minggu untuk
memposting satu artikel, kalau artikelnya kurang membantu tolong berikan
saran yang baik, dilarang spam dan bertasbih kotor di website ini.
Post a Comment
- Comment dilarang spam-menyebarkan link
- Untuk mendapatkan backlink berkomentarlah menggunakan gmail / openid
- Dilarang komentar 'dewasa'
-Sharing is Caring. Jangan lupa like fanpage kami