10 Ciri Khas Media Massa di Indonesia, Jangan telan informasi mentah-mentah!


10 Ciri Khas Media Massa di Indonesia, Jangan telan informasi mentah-mentah!

Ini “Unik”-nya media massa kita yang memang beda sehingga kamu jangan terlalu percaya.


Sekarang kita sudah memasuki era globalisasi, dimana jarak sudah merupakan hal yang tidak penting lagi, terutama dalam menggapai berbagai informasi, sudah banyak sekali media penyalur informasi tersebut, yaitu media massa. Mulai dari media massa yang bondo sampai media “alternatif”. Media massa sendiri yaitu penyalur informasi umum yang disampaikan kepada publik yang terjadi pada waktu ‘barusan saja’. Tapi, benarkah definisi diatas sesuai dengan sifat media massa kita ... yang sekarang. Apa sudah tepat dengan ‘kode etik’? Saya melakukan riset dari kaskus dan beberapa situs opini dan dari Situs Media massa.

 Nah Sebelum itu mari lihat satu sampel dibawah:

1. Pembodohan masyarakat dengan “Mole People"


“Mole People" Hoax
Ini merupakan kabar berita yang paling heboh di Indonesia, bagaimana tidak berita ini 100% hoax, dan gambarnya diambil dari cuplikan film mole people tahun 1957. Pertama tama dicopas oleh tribunnews, kemudian di copas mentah-mentah lagi oleh media massa yang lainnya. Ditambah lagi di media islam ditambahi pertanyaan absurb apa itu yang dinamakan Ya’Juj dan Ma’juj, ckckckc. 

Media Massa mulai melenceng

Bodohnya lagi banyak yang percaya dan berucap subhanallah >> berarti ilmumu kurang. Berita ini diambil dari BurlingTownNews yang merupakan media berita parodi. Ya, ini merupakan hoax terbesar dari media massa metropolitan tahun ini.

2. BIN


Judul ini tidak jelas sekali, isinya apalagi, diambil dari wawancara. Tapi saya baca wawancaranya sangat gak nyambung dengan judulnya. Isi wawancaranya adalah kinerja BIN yang kurang berprestasi. Namun tahu tidak isi berita ini juga sekaligus menyeret terbongkarnya aksi spionase amerika dan Australia dengan kinerja BIN.

Kenapa media massa kita justru tidak mengungkap betapa bocornya penyadapan AS dan Autralia melalui informasi Edward Snowedeen, malah menghina BIN karena tidak mengusut hal ini?
Padahal tugas BIN ialah pelaksana penyandian -Decoding dan encoding- agar informasi yang dikirimkan tidak terbaca pihak lain.

Okeh, inilah ciri unik media massa kita


1. Judul yang tidak sepenuhnya benar

 Awak Media berusaha sebaik mungkin membuat pembaca penasaran, terutama menentukan keyword pada judul yang semenarik mungkin, walaupun judul itu tidak sepenuhnya benar, Misal 'orang-orang ini wafat saat menjalankan tugas ketika pengawalan presiden!' Setelah saya buka, ternyata pengawalan presiden: ada di Jakarta, Orang yang meninggal: Ada di Kalimantan, Papua, Aceh. Di kampung gue gak diliput tuh.

2. Terkadang dibuat lebay



Pernahkah kalian membaca web media massa yang mempunyai judul “geger... “, “netizen dibuat geger”, “gempar”, “heboh”. Dan ternyatah isinya... cuman hembusan angin belaka. Terakhir saya lihat, ini guys , di saat sedang gempar-gemparnya kasus pembunuhan tak bermoral terhadap Angelina, muncul berita baru kembaran Angelina dengan tambahan “netizen dibuat shock”. Sekarang di Tv adatuh acara As*l – aseli atau palesu, di situ kamu bisa nemuin bahkan 4 orang yang mirip dengan wajah artis, namun gak diliput di media massa. Stop! Jangan gunakan kata “geger”, “shock”, “heboh”, demi mendulang klik. Kecuali kalau ada berita si buta melihat si bisu berbicara dengan si tuli dan melihat si lumpuh berjalan.

3. “?” 

Hati-hati sahabat, terkadang bila ada “?” di akhir kalimat, namun konteks bukan berupa pertanyaan, biasanya isinya hoax ataupun opini yang kurang pro. Mungkin perusahaan media udah tahu kalau itu bukan informasi yang layak, namun, mereka mengejar “target” sampai-sampai rela membuat berita hoax. Misalnya berita diatas, diambil dari media parodi LAGI

4. Sumbernya terkadang hanya berasal dari satu sumber


Sebenarnya saya tak masalah bila sumber itu menyeluruh, misalnya penyelidikan, ataupun survey. Tapi terkadang media membuat topik berita dari sumber minim yang memang masih diragukan. Misalnya dari omongan satu politikus tapi anehnya di nyelenehkan ke satu partai. Padahal tidak selamanya pendapat satu orang mewakili satu kelompok. Biasanya sih tipe berita politik.... berita ini biasanya hanya diambil dari ocehan politikus tanpa melakukan selidik lebih dalam bahwa kebenaran dari ocehan sang wakil rakyat itu benar apa tidak. Banyak orang yang gak percaya sama wakil rakyat, anehnya percaya sama berita dari narasumber wakil rakyat.

5. Sumber dan kapan diambil tidak <selalu> Terpecaya


Ada kabar bahwa para jurnalis sekarang sangat lemah dalam melakukan research, jadi, ketika melakukan liputan dengan tema yang sudah ditentukan, malah saat mengelola dapat melenceng ke topik lainnya. terkadang media metropolitan ini copas mentah-mentah (seperti kasus mole people). Dan biasanya media massa ini paling sering copas dari Burlingtown News, nationalreport, The Onions, weekly world news,  apalah, tapi walaupun nama situsnya megah, mereka hanyalah situs parodi!! Alias hiburan!! Memangnya pers ini tempat ngelawak! Ya ampuuun.

Coba kalian lihat berita lain, coba dilihat, mulai dari foto, benarkah diambil ditempat TKP, bukti narasumber, kalau perlu foto narasumber ditempat wawancara. Pernahkah kalian lihat, paling ngambil dari dokumen sebelumnya.

Contohnya: saat pemilu, padahal belum menang secara perhitungan kpu, namun kedua kubu sudah yakin bahkan langsung pesta-pesta. Padahal udah tahu quick countnya sudah nyeleneh gitu. Hal ini salah satunya karena informasi dari masing-masing media bahwa si kubu sudah menang.

6. Bahan pemberitaan sering melenceng dari topik awal yang dibahas

Berbeda dengan media kelas internasional, kalau sudah punya satu topik, ya itu, topiknya harus lebih dalam pembahasannya. Tapi hal itu tidak sama dengan media di Indonesia, walaupun memang gak terlalu melenceng. Misalnya saja: Kasus kecelakaan si A, kemudian plesetkan ke ‘Almarhum A, sebelum kematian sempat ziarah ke makam si B’. Nah, loh . What do you talking about? What do you talking about.

Yang paling khas adalah saat pemberitaan meninggalnya orang terkenal, selalu saja ada kaitannya dengan peristiwa mistis, aduh, absurb banget deh. Mau percaya, gak percaya, saya sih lebih gak percaya. Soalnya urusan dunia lain sudah beda dengan dunia yang ini.

7. Mistis



Gak perlu dijelasin lagi, sudah ada di nomor 6.


8. Terfokus pada mengejar ‘target’ perusahaan


Baik acara televisi maupun media massa, Hal-hal di atas mungkin terjadi karena tuntutan dari ‘target’ dari perusahaan, seperti menghamba rating, dan mendulang duit dari iklan. Jadi mau tidak mau penulis menggunakan berbagai cara tidak halal. Hebatnya lagi, awak media sangat jago dalam menyamarkan ‘cara’ tersebut. Kita tidak bisa selamanya menyalahkan penulis, mungkin sipenulis ditekan habis-habisan oleh bosnya. Target kliknya harus segini! Kalau gak kamu saya pecat. Daripada di pecat si editor (penulis) dan gak bisa beli beras.


9. Diduga <benar> tidak Netral, ada politik

Prinsip media adalah netral memberi informasi jujur, namun tahukah kamu bahwa kamu bisa lihat saat pemilu kemarin hingga sekarang, bahwa media berpihak tidak netral. Misalnya Tvsatu, metromini, kompos, dan lainnya. Orang yang menguasai media, ialah orang yang citranya sangat baik di mata rakyat.

10.  Bisa seperti ini isi dengan hasil wawancara



Pesan untuk sahabat: Jangan pernah menelan mentah informasi di Internet, harus pandai-pandai melakukan seleksi. Jangan terbawa amarah dengan kabar siur, ocehanmu tidak akan mengubah apapun yang terjadi, mungkin ocehanmu dan jutaan ocehan lain hanya akan dijadikan menjadi berita baru demi mendapatkan rating.

thanks to kaskus

Post a Comment

- Comment dilarang spam-menyebarkan link
- Untuk mendapatkan backlink berkomentarlah menggunakan gmail / openid
- Dilarang komentar 'dewasa'
-Sharing is Caring. Jangan lupa like fanpage kami

Refano Pradana

{google-plus#https://plus.google.com/u/0/112244076923112035800/} {pinterest#https://id.pinterest.com/apsdbgsmgs/}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget