Rabiatul Adawiyah, satu-satunya Wali Allah wanita
“Janganlah engkau bersedih hati,
puterimu yang baru lahir itu kelak akan menjadi orang yang terhormat dan
70,000,000 dari umatku memerlukan syafa’atnya”
Mimpi yang telah mendatangi
ayahanda Rabiatul Adawiyah tersebut sekaligus mengukuhkan lagi keperluan untuk
mendalami ilmu yang dibawa oleh beliau sebagai sebuah anugerah kepada umat
Islam di seluruh dunia, juga buat generasi-generasi seterusnya.
Adapun mengikut riwayat hidup
semasa kecil, Rabiatul Adawiyah dilahirkan dalam keluarga yang miskin.
Keluarganya hidup dengan penuh taqwa dan iman kepada Allah, tidak berhenti
melakukan dzikir dan beribadah melaksanakan ajaran-ajaran Islam. Membesar dalam
lingkungan keluarga biasa dengan kehidupan orang soleh dan penuh dengan
kezuhudan.
Sememangnya mimpi yang didatangi
ayahnya bukanlah satu-satunya petanda keistimewaan yang ada pada Rabiatul
Adawiyah. Malah Rabiatul Adawiyah
sendiri pernah mengalami beberapa peristiwa ganjil yang lantas telah meletakkan
dirinya begitu istimewa di persada dunia yang penuh dengan ilmu falsafah dan
tasawwufnya.
“tak. Satu perasaan sayang terhadap seseorang(terhadap
seseorang atau sesuatu), cinta”. Merujuk kepada konsep Mahabbah yang pertama,
ia adalah untuk menjalankan tugas dan kewajipan terhadap Allah S.W.T. Adapun
kasih ibu terhadap anak-anak, juga kasihnya dan hormatnya isteri kepada suami,
kasih sayang dikalangan pasangan kekasih juga tidak boleh disangkal lagi. Oleh
yang demikian, pemahaman bagi konsep Mahabbah mengikut takrifan kedua.
Perasaan kasih sayang adalah
tunjak utama dan tidak dapat dipisahkan dalam jalinan sesama manusia. Kasih
sayang adalah penting dalam menjalin serta menjaga hubungan agar kekal baik,
juga menghindari dari sifat dendam atau benci.
Dalam menerangkan konsep ini,
dapat dilihat akan beberapa buah hadith dan firman Allah yang telah banyak
mengetengahkan konsep berkasih sayang sesama insan dalam mendapat keredhaan dan
cinta Allah. Antara nas-nas yang diterjemahkan:
“Barangsiapa yang meninggal saudaranya (tidak menegurnya
kerana memusuhinya) selama setahun maka ia seperti menumpah darahnya."[1]
“Seseorang di antaramu tidak
beriman sehigga cinta kepada saudaranya sepeti cintanya kepada dirinya sendiri”[2]
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara”[3]
[1] Dikeluarkan oleh
Dawwud dari Adi Kharash
[2]
Hadith riwayat Anas bin Malik r.a
[3]
Surah Al-Hujurat:10
beliau telah menyerahkan seluruh
dirinya pada Pencipta yang Maha Esa. Dan kerana cintanya yang begitu mendalam,
beliau tidak peduli akan kekayaan dunia. Apa yang lebih penting adalah untuk
menempatkan diri lebih dekat di sisi Allah S.W.T.
Mawaddah atau kasih sayang sudah sebati dalam kehidupan
seseoarang. Dengan adanya sikap saling menyayangi, mengasihi dan menghormati
antara satu sama lain, maka akan tenanglah dunia dan akan karamlah segala
kebencian di lubuk hati. Dengan menuju atau mendekatkan diri kepada Allah
S.W.T, secara tidak langsung hati akan bersih dari sifat-sifat mazmumah[4] seperti benci, dengki, hasad, amarah dan
dendam.
Di bawah ini merupakan salah satu bukti bahwa Rabiatul
Adawiyah merupakan seorang sufi, baca dalam lubuk hati terdalam. Mengapa Anda
beribadah selama ini?
“
|
Saya tidak menyembah Allah karena takut kepada neraka-Nya dan tidak
pula tamak ( untuk mendapatkan ) surga; (karena hal itu) akan menjadikan saya
seperti pencari imbalan yang berakhlak buruk. (Kuketahuilah), bahwa saya
menyembah-Nya karena cinta dan rindu kepada-Nya
|
”
|
[4]
Mazmumah: tercela,terkeji,terhina
Post a Comment
terima kasih artikelnya, menarik :)
thanks ;)
- Comment dilarang spam-menyebarkan link
- Untuk mendapatkan backlink berkomentarlah menggunakan gmail / openid
- Dilarang komentar 'dewasa'
-Sharing is Caring. Jangan lupa like fanpage kami